GULUW DALAM BERAGAMA PERSPEKTIF PENAFSIRAN AL�QUR’AN (KAJIAN MA’NĀ CUM-MAGHZĀ TERHADAP QS. AL-NISĀ’/4:171)

Sitti Hastuti Irmayanti. NIM 18030105007, S (2024) GULUW DALAM BERAGAMA PERSPEKTIF PENAFSIRAN AL�QUR’AN (KAJIAN MA’NĀ CUM-MAGHZĀ TERHADAP QS. AL-NISĀ’/4:171). Other thesis, IAIN Kendari.

	Text 1 COVER.pdf Download (1MB)
	Text 2 BAB I.pdf Download (1MB)
	Text 3 BAB II.pdf Download (1MB)
	Text 4 BAB III.pdf Download (1MB)
	Text 5 BAB IV.pdf Download (1MB)
	Text 6 BAB V.pdf Download (1MB)
	Text 7 DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (1MB)
	Text 8 LAMPIRAN.pdf Download (1MB)

Abstract

ABSTRAK
Sitti Hastuti Irmayanti. NIM 18030105007. Guluw Dalam Beragama Perspektif
Penafsiran Al-Qur‟an (Kajian Ma’na> Cum-Maghza> Terhadap QS. Al�Nisa>’/4:171). Dibimbing oleh: Dr. Akbar M.Th.I
Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri konsep guluw dalam penafsiran tafsir
klasik dan kontemporer terhadap QS. al-Nisa>’/4:171, menganalisa penafsiran QS.
al-Nisa>’/4:171 perspektif ma’na> cum-maghza>, serta mengetahui relevansi guluw
dalam QS. al-Nisa>’/4:171 di era kekinian. Penelitian ini berbasis kualitatif atau
library search (kepustakaan) dengan menggunakan pendekatan teks dan konteks
melalui kerangka ma’na> cum-maghza> yang digagas oleh Sahiron Syamsuddin
yaitu dengan mendeskripsikan guluw pada abad ke 7, Intratekstual dan
Intertekstual (analisis linguistik), melihat historis baik secara mikro maupun
makro dan mengungkap signifikansi ayat. Adapun hasil temuan dengan tinjauan
analisis tekstual mengungkap guluw dalam QS. al-Nisa>’/4:171 menjelaskan
tentang sikap berlebih-lebihan, melampaui batas, keterlaluan, pemujaan, dan
pengkultusan yang melampaui batas sehingga menjadikan seorang Nabi sebagai
Tuhan yang mereka sembah. Dengan tinjauan analisis historis pada QS. al�Nisa>’/4:171 menunjukkan maka awal mula munculnya perilaku tersebut karena
adanya rasa kesombongan di hati para pemuka agama sehingga menyembunyikan
kebenaran yang sebenarnya dari kaumnya para Ahl al-Kitab. Kemudian melalui
analisis tekstual dan konteks historis sikap guluw yang terjadi di era kekinian ini
dapat dilihat dari berlebihan dalam bermahabbah kepada seorang Habib, Kyai,
dan Ustadz. Bahkan tak jarang sampai mengkultuskan mereka. Implikasi dari
kajian tersebut bahwa, QS. al-Nisa>’/4:171 sebenarnya mampu menjadi solusi di
tengah-tengah permasalahan masyarakat. Larangan untuk tidak bersikap berlebih�lebihan (guluw) dan anjuran untuk menyampaikan kebenaran yang terdapat pada
QS. al-Nisa>’/4:171 harus dikaji lagi agar memperoleh maksud utama ayat untuk
konteks kekinian.
Kata Kunci: Guluw, Ma’na> Cum, QS. al-Nisa>’/4:171

ABSTRACT
Sitti Hastuti Irmayanti. NIM 18030105007. Guluw In Religion The Perspective of
The Qur‟an Interpretation (The Study of Ma’na> Cum-Maghza> On QS. Al�Nisa>’4:171)
Supervised by: Dr. Akbar M. Th.I
This paper aims to explore the concept of guluw in classical and contemporary
interpretations of QS. al-Nisa>’/4:171, analyzing the interpretation of QS. al�Nisa>’/4:171 ma’na> cum-maghza> perspective, and knowing the relevance of guluw
in QS. al-Nisa>’/4:171 in the present era. This research is qualitative based or
library search (library) using a text and context approach through the ma’na>
cum-maghza> framework initiated by Sahiron Syamsuddin by describing guluw in
the 7th century, Intertextual and Intertextual (linguistic analysis), looking at
history both micro and macro and reveal the significance of verses. The findings
with a review of textual analysis reveal guluw in QS. al-Nisa>’/4:171 describes the
attitude of transgression, outrageous, exaggerated, adoration, and cult that
transgresses limits. With a review of historical analysis on QS. al-Nisa>’/4:171
shows that at first the appearance of this behavior was due to a sense of pride in
the hearts of religious leaders so that they hid the real truth from their people, the
ahl al-Kitab they felt their religion was the most perfect with the aim of being
recognized by the nation and other religions as people who have a unique, great,
and strict religion compared to other religions. Then, through textual analysis
and historical context, the guluw attitudes that occurs in this modern era can be
seen from the exaggeration in chanting to a Habib, Kyai, and Ustadz. Not
Infrequently even to cult them. The implication of the study is that, QS. al�Nisa>’/4:171 is actually capable of being a solution in the midst of community
problems. The prohibition against exaggerating (guluw) and the recommendation
to convey the truth contained in the QS. al-Nisa>'/4:171 must be studied again in
order to obtain the main meaning of the verse for the current context.

Keywords: Guluw, Ma’na> Cum-Maghza>, QS. al-Nisa>’/4:171

Actions (login required)

View Item