PENCABUTAN SUMPAH DALAM ADAT MOSEHE NDEPOKONO SUKU TOLAKI PERSPEKTIF MASHLAHAH MURSALAH DI DESA PUDAY KECAMATAN WONGGEDUKU BARAT KABUPATEN KONAWE

Erika Ainun Arindi nim 19010101011, E (2024) PENCABUTAN SUMPAH DALAM ADAT MOSEHE NDEPOKONO SUKU TOLAKI PERSPEKTIF MASHLAHAH MURSALAH DI DESA PUDAY KECAMATAN WONGGEDUKU BARAT KABUPATEN KONAWE. Other thesis, IAIN Kendari.

[img] Text
1 COVER.pdf

Download (1MB)
[img] Text
2 BAB I.pdf

Download (1MB)
[img] Text
3 BAB II.pdf

Download (1MB)
[img] Text
4 BAB III.pdf

Download (1MB)
[img] Text
5 BAB IV.pdf

Download (1MB)
[img] Text
6 BAB V.pdf

Download (1MB)
[img] Text
7 DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (1MB)
[img] Text
8 LAMPIRAN.pdf

Download (1MB)

Abstract

PENCABUTAN SUMPAH DALAM ADAT MOSEHE NDEPOKONO SUKU
TOLAKI PERSPEKTIF MASHLAHAH MURSALAH DI DESA PUDAY
KECAMATAN WONGGEDUKU BARAT KABUPATEN KONAWE
Erika Ainun Arindi
Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi tentang mosehe
ndepokono khususnya tentang prosesi pelaksanaan dan filsafah dan tinjauan
mashlahah mursalah. Tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan teknik
pengumpulan data melaui wawancara mendalam, studi pustaka, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosesi adat mosehe ndepokono memiliki
dua tahapan, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan:
menyiapkan ornamen lengkap seperti kalosara, oduku (nyiru), iwoi dan osere (air
dan cerek), pisau, batang pisang, buah pinang, daun sirih kapur. Tahap
pelaksanaan diawali dengan mombesara (permohonan izin tolea), pembacaan doa,
pelaku ritual diberikan daun sirih yang telah dilipat yang berisikan kapur dan buah
pinang untuk dipegang dan mbusehe membacakan mantra-mantaranya,
memercikkan air kepada pelaku, pelaku menginjakkan kaki diatas batang pisang
dan menyiramkan air diatas kaki, penyembelihan hewan kurban, imam menutup
kegiatan. Kalosara bermakna menyatukan kedua belah pihak yang berselisih,
ayam putih bermakna putih dan bersih, batang pisang bermakna dingin/sejuk, air
bermakna melarutkan dan membawa segala yang dilaluinya, daun sirih bermakna
pedis dan pahit, kapur sirih dan pinang bermakna kekeluargaan. Pandangan tokoh
adat bahwa mosehe ndepokono bukan sekedar menolak bala akan tetapi mosehe
ndepokono juga sebagai ajang bersilaturahim. Sedangkan pandangan tokoh agama
tentang mosehe ndepokono boleh dilaksanakan, ditinjau dari maslahah mursalah
karena sudah memenuhi syarat berhujjah dengan mashlahah mursalah.
Kata Kunci: Pencabutan Sumpah, Mosehe Ndepokono, Tolaki, dan Mashlahah
Mursalah

REVOCATION OF THE OATH IN THE MOSEHE NDEPOKONO
TRADITION OF THE REJECTION OF THE MASHLAHAH MURSALAH
PERSPECTIVE IN PUDAY VILLAGE, WONGGEDUKU BARAT DISTRICT
KONAWE REGENCY
Erika Ainun Arindi
Islamic Family Law Study Program, Faculty of Sharia
Kendari State Islamic Institute (IAIN)
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study is to obtain information about mosehe ndepokono,
especially about the procession of implementation and philosophy as well as an
overview of mashlahah mursalah. This paper is descriptive qualitative, with data
collection techniques through in-depth interviews, literature studies, and
documentation. The results showed that the Mosehe Ndepokono customary
procession had two stages, the preparation stage and the implementation stage.
Preparatory stage: preparing complete ornaments such as kalosara, oduku
(nyiru), iwoi and osere (water in a kettle), knife, banana stem, betel nut, lime betel
leaf. The implementation phase begins with mombesara (application for a tolea
permit), reading a prayer, ritual performers are given folded betel leaves
containing lime and areca nut to hold and mbusehe recites the mantras, sprinkles
water on the perpetrators, the actors step on a banana stem and sprinkle water on
feet, slaughtering sacrificial animals, the priest closes the activity. If sara means
uniting the two disputing parties, white chicken means white and clean, banana
stem means cold/cool, water means dissolving and carrying everything in its path,
betel leaf means spicy and bitter, betel lime and areca nut mean kinship. The view
of traditional leaders is that Mosehe Ndepokono is not just rejecting
reinforcements, but Mosehe Ndepokono is also a forum for friendship.
Meanwhile, the view of religious leaders regarding Mosehe Ndepokono may be
implemented, in terms of maslahah mursalah because it fulfills the requirements
of making a hujjah with mashlahah mursalah.
Keywords: Revocation of oath, Mosehe Ndepokono, Tolaki, and Mashlahah
Mursalah

Item Type: Thesis (Other)
Additional Information: Kata Kunci: Pencabutan Sumpah, Mosehe Ndepokono, Tolaki, dan Mashlahah Mursalah
Uncontrolled Keywords: Kata Kunci: Pencabutan Sumpah, Mosehe Ndepokono, Tolaki, dan Mashlahah Mursalah
Subjects: 300 Ilmu Sosial > 392 adat istiadat setempat
300 Ilmu Sosial > 392 adat istiadat setempat > 392.03 Kebiasaan yang Berhubungan dengan Jalan Kehidupan dan Kehidupan
Divisions: Fakultas Syariah > Prodi Al-ahlus Al-Shakhshiyyah
Depositing User: Unnamed user with username asni
Date Deposited: 28 Aug 2024 01:56
Last Modified: 28 Aug 2024 01:56
URI: http://digitallib.iainkendari.ac.id/id/eprint/2945

Actions (login required)

View Item View Item