DIALOG RESEPSI JAMĀ’AH TABLĪGH TENTANG “KEWAJIBAN BERDAKWAH” QS.ALĪ-IMRĀN [3]: 104 DENGAN “MENETAP DI RUMAH BAGI PEREMPUAN ” DALAM QS. AL-AHZĀB[33]: 33

Aisyah nim 2020030105012, A (2024) DIALOG RESEPSI JAMĀ’AH TABLĪGH TENTANG “KEWAJIBAN BERDAKWAH” QS.ALĪ-IMRĀN [3]: 104 DENGAN “MENETAP DI RUMAH BAGI PEREMPUAN ” DALAM QS. AL-AHZĀB[33]: 33. Other thesis, IAIN Kendari.

	Text cover.pdf Download (477kB)
	Text BAB 1.pdf Download (244kB)
	Text BAB 2.pdf Download (282kB)
	Text BAB 3.pdf Download (187kB)
	Text BAB 4.pdf Download (312kB)
	Text BAB 5.pdf Download (154kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (434kB)
	Text lampiran.pdf Download (489kB)

Abstract

ABSTRAK
Aisyah (2020030105012). Dialog Resepsi Jama’ah Tabligh Tentang Konsep
“Kewajiban Berdakwah” Di Dalam Qs.alī-Imrān [3]: 104 Dengan “Menetap Di
Rumah” Dalam Qs. Al-Ahzāb[33]: 33 Bagi Perempuan. Dibimbing oleh: Dr.
Ni’matuz Zuhrah Lc.,M.Th.I & Dr. H. Muh. Iksan S.Ag., M.Ag
Penelitian ini mengkaji penerimaan Jamā’ah Tablīgh terhadap QS. Alī-Imrān ayat
104 tentang kewajiban berdakwah dengan QS. al-Ahzāb ayat 33 tentang konsep
menetap di rumah dan bagaimana mereka mendialogkan resepsi kedua ayat
tersebut. Penelitian ini menjawab beberapa rumusan masalah (1) Resepsi Jama’ah
Tabligh terhadap QS. alī-Imrān [3]: 104 (2) resepsi Jama’ah Tabligh terhadap
QS.al-Ahzāb [33]: 33 (3) dialog antara kewajiban berdakwah dalam QS.al
Ahzāb[33]: 33 dengan menetap di rumah dalam QS. Alī-Imrān [3]: 104 bagi
perempuan perspektif Jama’ah Tabligh. Menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan Living Qur'an, penelitian ini melakukan wawancara mendalam dan
observasi terhadap anggota Jamā’ah Tablīgh di Kabupaten Bombana. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Pertama; Jama'ah Tabligh memahami QS. alī
Imrān [3]: 104 sebagai perintah universal untuk berdakwah yang berlaku bagi
seluruh umat Islam, tanpa membedakan gender atau status sosial. Kedua; Jamā’ah
Tablīgh memahami QS. al-Ahzāb ayat 33 sebagai anjuran kuat bagi perempuan
untuk lebih banyak berada di dalam rumah dan fokus pada peran domestik, namun
tidak berarti wanita dilarang keluar rumah sama sekali, diperbolehkan keluar
dengan syarat tertentu yaitu, keadaan yang mendesak, menutup aurat, didampingi
mahram, beradab dan sopan. Ketiga; Untuk menyelaraskan resepsi QS. al-Ahzāb
ayat 33 dengan kewajiban berdakwah dalam QS. āli- Imrān [3]: 104, Jamā’ah
Tablīgh mengembangkan program mastūrah. Dengan program ini Jama’ah
Tabligh berupaya menyeimbangkan antara pemahaman terhadap QS. al-Ahzāb
ayat 33 dengan kewajiban dakwah bagi perempuan serta menciptakan ruang
dakwah yang sesuai dengan pemahaman mereka tentang peran perempuan dalam
Islam.
Kata kunci: Dakwah wanita;Jamā’ah Tablīgh; mastūrah; resepsi.

ABSTRACT
Aisyah (2020030105012). Dialogue on Jama'ah Tabligh's Reception of the
Concept of "Obligation to Preach" in Qs. alī-Imrān [3]: 104 and "Staying at
Home" in Qs. Al-Ahzāb [33]: 33 for Women. Supervised by: Dr. Ni'matuz Zuhrah
Lc., M.Th.I & Dr. H. Muh. Iksan S.Ag., M.Ag.
This research examines Jama'ah Tabligh's reception of Qs. alī-Imrān verse 104
concerning the obligation to preach and Qs. al-Ahzāb verse 33 regarding the
concept of staying at home, and how they dialogue between these two verses. The
study addresses three research questions: (1) Jama'ah Tabligh's reception of Qs.
alī-Imrān [3]: 104, (2) Jama'ah Tabligh's reception of Qs. al-Ahzāb [33]: 33, and
(3) the dialogue between the obligation to preach in Qs. alī-Imrān [3]: 104 and
staying at home in Qs. al-Ahzāb [33]: 33 for women from Jama'ah Tabligh's
perspective. Using a qualitative method with a Living Qur'an approach, this
research conducted in-depth interviews and observations of Jama'ah Tabligh
members in Bombana Regency. The results show that, firstly, Jama'ah Tabligh
understands Qs. alī-Imrān [3]: 104 as a universal command for preaching
applicable to all Muslims, regardless of gender or social status. Secondly, Jama'ah
Tabligh interprets Qs. al-Ahzāb verse 33 as a strong recommendation for women
to spend more time at home and focus on domestic roles, but not entirely
prohibiting women from leaving the house, allowing it under certain conditions
such as urgent circumstances, covering the awrah, being accompanied by a
mahram, and maintaining proper conduct. Thirdly, to harmonize the reception of
Qs. al-Ahzāb verse 33 with the obligation to preach in Qs. alī-Imrān [3]: 104,
Jama'ah Tabligh developed the masturah program. Through this program,
Jama'ah Tabligh seeks to balance their understanding of Qs. al-Ahzāb verse 33
with women's preaching obligations and create a preaching space that aligns with
their understanding of women's roles in Islam.
Keywords: Women's preaching; Jama'ah Tabligh; masturah; reception.

Actions (login required)

View Item